MAKALAH UPACARA ADAT RAMBU SOLO
MAKALAH
UPACARA
ADAT RAMBU SOLO’
MAKALAH
NINDITA MATASIK (217611227)
KELAS
F
PROGRAM
STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS
TEKNIK
UNIVERSITAS
KRISTEN INDONESIA TORAJA
2017/2018
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Upacara
Rambu Solo di Tana Toraja, Sulawesi Selatan, menjadi salah satu magnet terbesar
turis mancanegara. Rambu Solo merupakan sebuah upacara pemakaman secara adat
yang mewajibkan keluarga almarhum membuat sebuah pesta sebagai tanda
penghormatan terakhir pada mendiang yang telah pergi dan dilakukan pada tengah
hari. Tujuan diadakannya upacara rambu solo adalah untuk menghormati dan
menghantarkan arwah orang yang meninggal dunia menuju alam roh,yaitu kembali
kepada keabadian bersama para leluhur mereka di sebuah tempat peristirahatan. Pelaksanaan
Rambu Solo juga identik dengan penyembelihan kerbau dan babi. Tetapi yang
paling ditonjolkan dalam upacara tersebut adalah penyembelihan kerbau. Kerbau
merupakan hal utama yang harus ada dalam upacara ini. Masyarakat Toraja
beranggapan bahwa kerbau adalah kendaraan yang ditunggangi arwah si mati untuk
mengantarnya ke surga. Kerbau yang disembelih berkisar puluhan ekor bahkan
jumlah itu bisa mencapai ratusan berdasarkan strata sosialnya.
B.
Rumusan Masalah
a) Apa
saja tingkatan upacara Adat Rambu Solo’?
b) Apa
makna simbol pada upacara Adat Rambu Solo’?
C.
Tujuan
a) Mengetahui
tingkatan upacara adat Rambu Solo.
b) Memahami
makna simbol upacara adat Rambu Solo.
PEMBAHASAN
I. Tingkatan Upacara Adat Rambu Solo’
Pada masyarakat Tana Toraja unsur megalitik masih berkembang sampai
sekarang yaitu adanya pengorbanan hewan kerbau pada saat upacara kematian dengan
jumlah yang cukup besar. Mereka beranggapan bahwa roh binatang tersebut akan
menyertai atau menjadi wahana bagi roh nenek moyangnya. Roh nenek moyang
menghendaki agar keluarga yang masih hidup tetap memberikan perhatian kepadanya
yaitu melaksanakan upacara yang disertai dengan pemberian kurban. Apabila hal
ini tidak dilakukan maka panennya akan mengalami kegagalan dan akan ada suatu
wabah penyakit.
Di dalam ajaran
Aluk Todolo mempunyai tingkatan-tingkatan upacara penguburan antara lain:
1)
Disili
Disili adalah upacara penguburan yang paling sederhana ini berlaku bagi
orang miskin yang mana dahulu mereka hanya membekali mayat dengan telur ayam
saja, tetapi saat ini mereka telah menguburkan keluarga mereka dengan memotong
seekor babi.
2)
Dipasang Bongi
Dipasang Bongi, yaitu upacara penguburan orang yang telah meninggal hanya
satu malam acaranya dilakukan dirumah dan hanya seekor kerbau yang dipotong dan
beberapa ekor babi. Upacara ini untuk orang tua dari golongan rendah dan
menengah yang kurang mampu ekonominya.
3)
Dipatallung Bongi
Dipatallung bongi adalah upacara penguburan dan dilangsungkan selama tiga
malam di rumah. degan menyembelih empat ekor kerbau dan babi sekitar sepuluh
ekor, pada upacara ini juga pihak keluarga kedatangan tamu yang membawa babi,
tuak dan ubi-ubian. Keluarga dekat yang mengalami kedukaan melakukan pantang
makan nasi.
4)
Dipalimang Bongi
Dipalimang bongi
adalah upacara penguburan dan berlangsung lima hari lima malam. Pada saat acara
berlangsung paling kurang sembilan ekor kerbau dan puluhan ekor babi yang
dikorbankan. pada hari ketiga keluarga kedatangan tamu dengan membawa kerbau,
babi dan ubi-ubian. Pada upacara ini dibuatlah patung orang yang telah
meninggal dan terbuat dari bambu yang disebut Tau Tau Lampa. Dan Tau tau ini dihiasi dengan pakaian adat tetapi pada
waktu penguburan pakaian dan perhiasan diambil kembali. Tidak semua perkampungan mengadakan
upacara penguburan sejenis dengan ini yang mana upacara ini adalah upacara
penguburan yang paling tinggi di tempat tersebut. Malam terakhir diadakan acara
Ma'Parando yaitu semua cucu almarhum yang hadir
diarak pada malam hari duduk di bahu laki-laki dengan perhiasan lengkap seperti
pakaian penari yang terdiri dari emas gayang,
Kandaure, mereka di bawa mengelilingi rumah sebanyak tiga kali dengan membawa
obor. Disertai teriakan senda gurau penonton. Selain semalam lima malam acara Ma'badong terus berlangsung.
5)
Dipapitung Bongi
Dipapitung bongi
adalah upacara penguburan yang berlangsung selama tujuh hari tujuh malam,
setiap hari dan malam ada pemotongan hewan kerbau dan babi, bagi keluarga dekat
pantang makan nasi selama acara berlangsung. Pada saat tamu datang pemotongan
kerbau dan babi sembilan sampai duah puluh ekor. Kepala kerbau diperuntukkan
bagi rumah tongkonan dan daging kerbau diberikan kepada tamu.
6)
Dirapai
Dirapai adalah
upacara penguburan yang paling mahal, karena dilakukan dua kali upacara sebelum
dikubur. Upacara pertama dilakukan di rumah tongkonan dan mayat tadi
diistirahatkan atau disimpan selama satu tahun, baru upacara kedua dilakukan.
Pada upacara kedua orang mati di arak dengan pikulan ratusan orang dari rumah
tongkonan ke Rante tempat upacara ke dua. Upacara ini disebut Ma'palao/ Ma'pasonglo.
II. Makna Simbol yang ada pada upacara
Rambu Solo’
1. Induk
(ijuk) yang ditanam artinya memotong standar 24 atau lebih dari 24 ekor kerbau yang dipotong (sembelih).
2. Pinang (kalosi) simbolnya sama dengan induk
yang ditanam karena induk yang ditanam harus bersamaan dengan pinang.
3. Daro-Daro artinya yang meninggal tersebut
adalah perempuan.
4. Kandaure: simbolnya lambang kekayaan karena
tidak semua orang bisa memakai dekorasi tersebut.
5. Payung hitam artinya: simbolnya sebagai payung
untuk melindungi orang yang sudah meninggal kekuburannya agar tidak kehujanan
karena rata-rata setiap penguburan kadang-kadang hujan karena orang meinggal
tersebut menangis.
6. Sarita hitam didanampassu (lambang kematian)
7. Kain putih diikat di kayu artinya sedang
berduka.
8. Ayam jantan artinya selama masa hidupnya dia
suka menyabung ayam, simbolnya sapurandanan atau memotong berbagai macam jenis
binatang. Sabung ayam artinya Jika ada sebuah keluarga
yang bermasalah atau bersengketa dengan dengan keluarga lain, maka ayam milik
kedua keluarga itu akan diadukan. Ayam siapa yang menjadi pemenang dalam adu
ayam itu maka keluarga itu lah yang menang. Dan ini lah awal mulanya sampai
sekarang ada yang dinamakan “sabung ayam”. Sabung ayam sendiri di zaman
sekarang bukan lagi menjadi suatu penyelesai masalah. Lebih ke arah sebuah
hiburan bagi masyarakat.
9. Lakkian artinya sebagai tempat jenazah
diletakkan atau tempat peristirahatan sementara.
10. Ma’badong artinya lagu kematian
Komentar
Posting Komentar